Pendidikan
di Indonesia tertinggal tiga tahun dibandingkan dengan negara negara
yang ada di Asia Tenggara. Hal itu berkolerasi dengan kemajuan ekonomi
bangsa Indonesia dibandingkan dengan negara tersebut.
Demikian
dikatakan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum
"Edupreuneurship" di Gedung JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Jln. Setiabudhi Bandung, Jumat (19/2). Pada 1960, dia mengatakan,
pendidikan di Indonesia memiliki level yang sama dengan negara tetangga
seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Namun, saat ini, kemajuan
bangsa Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara
tersebut. "Apakah orang Indonesia kurang pintar dibandingkan dengan
mereka? Iya," ucapnya.
Kalla mengatakan, selama 20
tahun siswa di Indonesia mengalami rasa tidak pernah belajar. Pasalnya,
siswa merasa bahwa belajar maupun tidak sama saja akan lulus. Apalagi
saat itu muncul stigma pada siswa bahwa belajar hanya dilakukan saat
akan ujian.
Kalla pun membandingkan soal ujian di
Indonesia dengan di tiga negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Singapura,
dan Filipina. "Hasilnya ternyata ujian SD mereka sama dengan SMP.
Apalagi Malaysia dan Singapura, soal ujiannya dibuat Oxford," kata dia.
Menurut
Kalla, perlu dibedakan antara ujian sekolah dan Ujian Nasional. "Ujian
Nasional menguji apa yang seharusnya dia tahu, sementara ujian sekolah
menguji apa yang dia (siswa) pelajari," ujarnya.
Untuk
itu, pada 2003, dia melakukan tes untuk beberapa sekolah dengan standar
kelulusan lima. Dari hasil tersebut didapatkan angka kelulusan hanya
mencapai 50 persen. Standar kelulusan tersebut kemudian diturunkan
menjadi angka empat yang hasilnya ternyata masih ada 30 persen yang
tidak lulus. Hal itulah yang menyebabkan standar kembali diturunkan lagi
menjadi 3,5 yang untuk selanjutnya akan naik setengah setiap tahunnya
sampai mencapai enam.
Sementara itu, Rektor UPI
Sunaryo Kartadinata mengatakan, saat ini yang menjadi masalah bukan lagi
pro dan kontra masalah Ujian Nasional. Namun, yang perlu dipikirkan
saat ini adalah bagaimana caranya agar Ujian Nasional bisa dijalankan
dengan jujur. Kejujuran yang dimaksud harus dilaksanakan oleh semua
pihak baik siswa, guru, orang tua, maupun instansi yang bersangkutan.
Dengan demikian, tujuan di balik adanya Ujian Nasional itu bisa tercapai
dengan optimal. (A-185)***
Sumber: Pikiran Rakyat
No comments:
Post a Comment